I. PENDAHULUAN
1. Hubungan Pembina Pramuka dengan peserta didik
merupakan hubungan khas, yaitu setiap
Pembina Pramuka wajib memper-hatikan perkembangan mitra didiknya secara pribadi
agar perhatian terhadap pembinaanya
dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan kepramukaan.
Membina
Pramuka merupakan kegiatan memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan
mengembangkan:
a. Kepribadian (kualitas nilai).
b. Pengetahuan dan keterampilan.
c. minat, keinginan, bakat serta kemampuan,
peserta didik sehingga menjadi manusia yang: kreatif, inovatif, pelopor dan
mandiri.
2. Penyelenggaraan pendidikan dalam Gerakan
Pramuka ditinjau dari hubungan antara Pembina dengan peserta didik menggunakan
sistem among.
II. MATERI POKOK
1. Untuk
dapat membina dengan baik maka seseorang harus mngenal, mengerti dan memahami
dengan benar:
a. Siapa
yang dibinanya, yakni sifat-sifat dasarnya, dan latar belakang kehidupannya.
b. Jumlah
orang yang akan dibinanya. Catatan: Jumlah satu barung yang ideal = 6 orang;
satu perindukan = 18 – 24 orang. Jumlah satu regu ideal = 6 – 8 anak. Jumlah
satu pasukan = 24 – 32 anak. Jumlah satu sangga yang ideal = 4 – 8 orang.
Jumlah satu ambalan = 12 – 32 orang. Satu Racana Pandega yang ideal paling
banyak jumlahnya 30 orang.
c. Membina
peserta didik yang lebih muda usianya akan lebih memerlukan perhatian,
kesabaran, ketekunan, dan contoh yang lebih nyata. Seorang Pembina pramuka Siaga idealnya hanya bisa membina 6
sampai dengan 10 orang. Seorang Pembina Penggalang bisa membina 7 sampai 10
orang, tetapi apabila ia memang seorang Pembina yang andal maka ia bisa membina
Penggalang maksimal 20 orang, sebagaimana yang dilakukan oleh baden Powell
ketika pertama kali mengajak penggalangnya berkemah di Brownsea Island. Seorang
Pembina Penegak dan Pandega dapat membina 8 sampai dengan 36 orang.[i] Namun demikian apabila berpedoman pada rasio jumlah
kelompok peserta didik dengan Pembina pendamping dalam kegiatan atas dasar
jumlah anggota Pramuka dalam barung, regu, sangga, dan rekanya, maka seorang
Pembina Pramuka dapat membina 1 barung, satu regu, atau satu sangga saja,
sedangkan pada anggota Pramuka Pandega seorang Pembina dapat membina satu
Racana.
d. Membina
peserta didik harus didasarkan pada satuan terpisah, yakni Pembina putra hanya
boleh membina anggota muda pramuka putra, Pembina putri hanya boleh membina
anggota muda pramuka putri – kecuali Pembina Siaga putrid boleh membina anggota
muda Siaga putra.
e. Pembinaan
harus menarik minat peserta didik. Di sini materi pembinaan dapat dibungkus
dengan lagu, tari, gerak, permainan, perlombaan, ceritera, penugasan, diskusi,
seminar, loka-karya, dan bakti yang sesuai dengan perkembangan jasmani dan
rohani peserta didik.
2. Mengenal sifat dasar Pramuka Siaga
a. Senang
meniru
b. Senang berdendang,
menari dan bernyanyi
c. Suka
dipuji, mudah merajuk
d. Senang
menceriterakan dan mengadukan apa yang diketahui dan dialaminya.
e. Rata-rata
masih manja
f. Suka
berbekal
g. Sangat
senang bermain
3. Cara
menghadapi Pramuka Siaga.
a. Dilakukan
dengan penuh kasih sayang dan lemah lembut.
b. Membina
Siaga adalah phase awal dalam pendidikan maka sifat-sifat Pembina Siaga
yang tidak tidak bisa dicontoh oleh anak
usia Siaga harus tidak dimunculkan di permukaan. Misalnya Pembina merokok, suka
membentak, berkata agak jorok, dsb.
c. Materi
pembinaan pramuka Siaga banyak dibungkus, sehingga menarik (misalnya
menceriterakan sifat-sifat kepahlawanan yang perlu dicontoh oleh setiap orang
dengan sosio drama).
d. Sesuatu
yang khayal, baik untuk mempuk imajinasi Siaga, tetapi jangan dilebih-lebihkan.
Ceritera tentang fabel, farabel baik pula untuk Siaga. Dalam abad modern ini
baik pula apabila menggunakan imajinasi tersebut dipadukan dengan teknologi.
e. Permainan
perang-perangan tidakcocok untuk kejiwaan Siaga.
f. Siaga
harus sudah diperkenalkan secara “nyata” bagaimana setiap hari berbuat
kebaikan. Baik dalam latihan, maupun melalui pesan Pembina untuk
melaksanakannya di rumah.
g. Siaga
diperkenalkan aturan-aturan keluarga, dan cara-cara yang baik tentang bagaimana
mematuhi ayah ibundanya.
h. Untuk
melatih kreativitas Siaga (otak belahan kanan), maka akan sangat baik mereka
ditugasi membuat lagu sederhana (jinggle), tarian, menulis pengalaman, atau
mengarang, atau membuat yel-yel yang menyemarakkan kasih sayang.
i. Kehidupan Siaga itu ada di Perindukan.
j. Pembina lebih banyak “ing ngarso sung tulodo”.
k.
4. Sifat-sifat dasar Pramuka Penggalang.
a. Sebagian sifat-sifat Siaga masih ada terbawa (variatif tergantung masing-masing
anak).
b. Senang
bergerak, senang mengembara.
c. Usil, lincah, senang mencoba-coba.
d. Mulai menyukai atau ingin dekat dengan lawan jenis.
e. Suka dengan sifat-sifat kepahlawanan.
f. Suara sudah mulai pecah/ parau bagi penggalang putra.
5. Cara
membina pramuka Penggalang.
a. Dapat menggunakan sebagian cara-cara dalam membina
Siaga (sifatnya situasional).
b. Kegiatan yang menantang, pengembaraan (hiking,
climbing, camping, rowing, rafting, orientering) paling disukai penggalang.
Namun demikian harus dipersiapkan dengan teliti faktor keamanannya, dan tidak
boleh terlalu sering dilakukan.
c. Kegiatan yang mengacu kedisiplinan sangat penting
diberikan (misalnya berjenis-jenis PBB dan upacara).
d. Rewards dan punishment mutlak harus dilakukan, dan
ditegakkan.
e. Kehidupan penggalang ada di Regu, oleh karena itu
kekompakan, kreativitas, dan disiplin beregu harus dipelihara.
f. Pembina
penggalang tidak boleh seenaknya membuat acara latihan menurut keinginannya
sendiri, tetapi harus tahu kebutuhan penggalang, dan bertanya kepada mereka
latihan apa yang diinginkan (ask the boys), walaupun ketentuan ada di tangan
Pembina, karena Pembina sangat tahu akan dibawa ke mana arahnya.
g. Setiap kegiatan yang menarik tujuan akhirnya adalah
pembentukan karakter, oleh karena itu Pembina tidak boleh melupakan hal
tersebut, untuk senantiasa memberikan simpulan atau pembulatan materi latihan
ke dalam nilai-nilai yang didasarkan atas penerapan satya dan darmanya.
h. Pembina lebih banyak “ing madyo mangun karso” (di
tengah-tengah membangkitkan kehendak & semangat belajar/ bekerja).
6. Sifat-sifat dasar Pramuka Penegak.
a. Mulai memasuki masa sosial (Kohnstamn).
b. Anak Penegak mulai mencari identitas/ jati diri
c. Stabilitas emosionalnya belum mantap (mudah terprofokasi, mudah berubah).
d. Gemar pada kenyataan, menjunjung tinggi realitas.
e. Sudah mengenal
Cinta – agresif.
f. Kemauan
kuat, sulit dicegah, apabila tidak melewati kesadaran rasionalnya.
g. Senang
menyelesaikan persoalan dengan cepat, kadang-kadang melalui kekuatan fisik.
7. Cara
membina Pramuka Penegak.
a. Perangkat
struktur kepenegakan ditertibkan, bila belum ada dibentuk lebih dahulu. Dewan
Ambalan, dibentuk dengan benar, tidak main tunjuk.
b. Dimulai bertanggung-jawab atas keputusan musyawarah, dan menjalankan
keputusan Dewan Ambalan.
c. Keinginan Penegak yang kuat tidak dipatahkan, tetapi dijalurkan (on the
track).
d. Memberikan
kondisi lingkungan yang baik.
e. Pada tingkat
Bantara, Penegak mulai dikondisikan untuk memperbaiki lingkungan yang kurang
baik, semampunya.
f. Pada
tingkat Laksana, Penegak dikondisikan untuk
mengembangkan lingkungan ke arah yang lebih baik.
g. Penegak
sudah mulai dikenalkan bagaimana “learning by doing”; “Learning to earn”;
“Learning to serve”.
h. Untuk
mempertahankan satuan terpisah di perkemahan sebaiknya Pembina menyerahkan
tanggung-jawab kepada Pradana dan Pemuka Sangga, namun harus tetap
mengkontrolnya, dengan tetap member kepercayaan.
i. Cara memberikan
kritik dengan cara atau etika PIN, kepada Penegak diupayakan hanya sampai PI saja, yakni
sebutkan “Positif”-nya kelebihan-kelebihan atas program atau kegiatan yang
telah dilakukan – kemudian di “Interpretasikan” secara detail program atau
kegiatan tersebut secara rasional, biasanya Penegak sudah tahu kelemahannya.
Namun biala Penegak terpaksa belum tahu kelemahannya baru dikemukakan “Negatif”
nya.
j. Contoh
kegiatan pendidikan bagi Penegak dan Pandega yang paling lengkap adalah: Perkemahan
Wirakarya.
k. Pembina
lebih banyak “tut wuri handayani”.
8. Sifat
dasar Pramuka Pandega.
a. Sebagian
besar sifat Penegak ada pada Pandega.
b. Pandega
lebih terkonsentrasi pada kelompok dyadic atau triadic (kelompok duaan, atau
tigaan). Jarang sekali (hampir tidak pernah ada) mereka secara bersama-sama
melakukan kegiatan kemana-mana dalam jumlah 5 orang sampai 10 orang secara bersama-sama. Oleh karena itu
“Reka” itu dibentuk hanya bila mereka berada dalam minat yang sama, untuk
menggarap suatu proyek, sifatnya insidentil. Jumlahnya bisa berapa saja sesuai
dengan kebutuhan. Reka ini saat ini lebih banyak disebut dengan “sangga kerja”
(PP 231 tahun 2007).
c. Dalam
berhubungan dengan lain jenis, Pandega tidak seagresif Penegak, tetapi lebih terbuka dibandingkan dengan Penegak.
d. Untuk
mempertahankan satuan terpisah di perkemahan Pembina cukup menyerahkan
tanggung-jawab kepada Pradana dan penyadaran umum dalam apel pagi, atau apel
malam menjelang tidur. Biasanya mereka sudah saling mengkontrol, tapi sering
terjadi kalau ada penyimpangan di antara mereka saling melindungi – pada norma
atau nilai yang dianggap sebagai nilai baru.
9. Cara
membina Pramuka Pandega.
a. Cara yang
paling baik dalam membina Pandega adalah tidak bersifat menggurui, semua
keputusan Racana baik yang menyangkut visi, misi, strategi, program kerja,
rencana kerja, ataupun rencana kegiatan latihan dilaksanakan secara musyawarah,
dan komitmen untuk patuh terhadap keputusan-keputusan yang telah ditetapkan
sungguhpun tadinya ia tidak menyepakati.
b. Pembina
bertindak sebagai ”penghubung antar sistem”, artinya apabila ada materi-materi
latihan yang diinginkan oleh Pandega yang tidak dikuasai oleh Pembinanya, maka
Pembina mencari keluar (out sourcing), sungguhpun bisa saja meminta
kepada anggota Pandega untuk mencarinya sendiri, sekaligus bertindak sebagai
penghubung antar sistem
c. Evaluasi
kegiatan dapat dilakukan secara bersama-sama antara Pembina dan anggota Racana
secara questioning.
d. Apabila kegiatan di Racana sudah mapan maka Pembina lebih banyak bertindak
sebagai motivator, mentor dan konsultan.
e. Pembina 90% bertindak tut wuri handayani.
10. Pramuka harus dibina sesuai dengan
MINATnya untuk MENGABDI dan BERKARYA
melalui proses:
Learning
by doing
Learning
to earn
Earning
to live
Living
to serve
Learning
by teaching
11. Sistem
Among adalah sistem pendidikan yang dilaksanakan dengan cara memberikan
kebebasan kepada peserta didik untuk dapat bergerak dan bertindak dengan
leluasa, dengan sejauh mungkin
menghidari unsur-unsur perintah keharusan, paksaan , dengan maksud untuk
menumbuhkan dan mengembangkan rasa percaya diri, kreativitas dan aktivitas
sesuai dengan aspirasi peserta didik.
12. Sistem Among
mewajibkan Pembina Pramuka melaksanakan prinsip-prinsip kepemimpinan
sebagai berikut :
a. "Ing
ngarso sung tulodo", maksudnya di depan menjadi teladan.
b. "Ing
madya mangun korso", maksudnya di tengah-tengah mereka Pembina membangun
kemauan.
c. " Tut
wuri handayani", maksudnya dari
belakang Pembina memberi daya/kekuatan atau dorongan dan pengaruh yang baik
kearah kemandirian.
13. Dalam melaksanakan tugasnya Pembina Pramuka wajib
bersikap dan berperilaku :
a. Cinta
kasih, kejujuran, keadilan, kepantasan, keprasahajaan/kesederhanaan,
kesanggupan berkorban dan kesetiakawanan sosial.
b. Disiplin
disertai inisiatif.
c. Bertanggungjawab
terhadap diri sendiri, sesama manusia, negara dan bangsa, alam dan lingkungan
hidup, serta bertanggungjawab kepada Tuhan yang Maha Esa.
14. Sistem
Among dalam Gerakan Pramuka, memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan pribadinya , bakatnya, kemampuannya, cita-citanya. Pembina Pramuka
sebagai Pamong hanyalah menjaga, membenarkan, meluruskan, medorong, memberi
motivasi tempat berkonsultasi dan bertanya.
Peserta didik harus diperlakukan
dan dihargai sebagai subjek pendidikan, bukan hanya sebagai objek pendidikan
belaka yang hanya bergiat kalau disuruh pembinanya tetapi mereka diberi
kebebasan untuk bergerak dan bertindak dengan leluasa agar tumbuh rasa percaya
diri, agar berkembang kreativitasnya sesuai dengan aspirasi mereka.
15. Kegiatan kepramukaan dengan menggunakan sistem
among dilaksanakan dalam bentuk kegiatan nyata dengan contoh - contoh nyata,
dimengerti dan dihayati, atas dasar minat dan karsa para peserta didik Pembina
Pramuka harus mampu menjadi contoh/teladan peserta didiknya.
16. Sistem Among harus digunakan secara terpadu,
tidak terpisah-pisah satu dengan lainnya saling berkaitan oleh karena itu bagi
semua golongan peserta didik ( S, G, T, D ) diberikan keteladanan,
daya kreasi dan dorongan.
17. Peserta didik dibina sesuai dengan minatnya
untuk bekal mengabdi dan berkarya, melalui proses :
a. " Learning by doing ", belajar
sambil bekerja.
b. " Learning by teaching, bekerja sambil
mengajar.
c. “learning to live together” belajar untuk
bisa hidup bersama.
c. "
Learning to earn ", belajar mencari penghasilan.
d. "
Earning to live ", penghasilan untuk hidup.
e. "
Living to serve ", kehidupan untuk bekal mengabdi.
f.
“learning to be”, belajar untuk menjadi dirinya sendiri.
18. Pelaksanaan
Sistem Among oleh Pembina
TUT WURI HANDAYANI
Keterangan:
1)
Dalam semua golongan Pembina berperan sebagai pemberi contoh dan teladan
tentang perilaku, pengamalan nilai-nilai satya dan darma Pramuka.
2)
Pada golongan Siaga, Pembina berperan lebih banyak memberikan prakarsa
untuk menimbulkan daya kreasi dan memberi dorongan dengan cara menyesuaikan
diri pada sifat, daya talar dan suasana Siaga. Sifat momong degan di depan
memberi contoh (Ing ngarso sung tulodo) porsinya lebih besar dibandingkan
dengan golongan penggalang, Penegak, maupun Pandega.
3)
Pada golongan Penggalang, Pembina berperan sebagai sebagai pemrakarsa
sebagaimana pada siaga mulai menurun, tetapi
membangkitkan dorongan semangat, motivasi, dan membangun kemauan lebih
besar (ing madyo mangun karso), porsinya lebih besar dibandingkan dengan pada
Siaga, Penegak, maupun Pandega.
4)
Pada golongan Penegak, Pembina mengambil peran sebagai pamong dengan sikap
memberikan keleluasaan pada Penegak dalam mengamalkan satya dan darmanya untuk
beraktivitas, dan berkreasi, (Tut wuri handayani).
5)
Pada golongan Pandega, Pembina mengambil peran sebagai konsultan dengan
sikap lebih memberikan keleluasaan pada Pandega dalam mengamalkan satya dan
darmanya untuk beraktivitas, dan berkreasi, (Tut wuri handayani), dalam mebina
diri, membina satuan, dan membina masyarakat.
III. PENUTUP
Pelaksanaan Sistem Among dalam kepramukaan sebenarnya merupakan
induk sistem dari metode kepramukaan yang perwujudannya akan terpadu dengan
Prinsip Dasar Kepramukaan, Metode Kepramukaan, Kode Kehormatan Pramuka, Motto
Kepramukaan dan Kiasan Dasar Kepramukaan.
KEPUSTAKAAN
1. AD
& ART Gerakan Pramuka..
2. Joko
Mursitho, 1989. Didaktik Metodik, STKIP
Muhammadiyah Metro.
3. Kwarnas
Gerakan Pramuka, 2007. Lampiran Keputusan
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Nomor 231 Tahun 2007, tentang Petunjuk Penyelenggaraan Gugus Depan Gerakan
Pramuka.
Soeratman, Ki. Sistem
Among Dalam Gerakan Pramuka. Kwarnas Gerakan Pramuka. Jakarta, 1987.
[i] Jumlah ini didasarkan atas pengalaman
penulis – (Joko Mursitho).